MAHASISWA DI UJUNG PERJALANAN GARIS REVOLUSI
Sebuah cita-cita di dalam mimpi anak bangsa, dari sabang sampai mauroke mengejar sebuah impian itu agar perubahan nasib ada di gengaman tangan mereka. Gerakan yang sering kali di emban dalam bentuk suatu perlawanan terhadap kekuasaan tirani kini sudah terkikis oleh keterasingan ideolgi politik siapa yang beruntung maka ia akan menjadi sang penguasa dan di saat semboyan tetang nilai-nilai moralitas tidak berlaku maka hal-hal yang mustahil niscaya akan menjadi suatu identitas kebenaran.
Pesatnya peradaban moderintas yang kian hari menjadi gurita membuat gerakan mahasiswa terpecah belah di karenakan ruang-ruang public yang kebanyakan di manafaatkan untuk kepuasan intelektual ansih. Hal ini jarang sekali kita mengkritisi terhadap pola-pola gerakan yang sifatnya pragmatis sehingga gerakan mahasiswa sering sekali terjebak pada isu-isu media. Yang akhirnya Gerakannya bermodel info taiment.
Melihat Gerakan yang selama ini di jalankan terasa berada di sebuah lingkaran yang terkungkung dalam keyakinan humanistic bahwa di dalam dunia demokrasi, rakyat bebas untuk tak sependapat dengan hokum yang ada. dan di paksakan memiliki kewajiban prima fice untuk mentaatinya. Keyakinan tersebut di benarkan atas dasar keyakinan lain bahwa dengan adanya prosedur pemerintah memungkinkan gerakan mahasiswa untuk selamat dari setan kembar antara tirani dan anarki yang tidak mampu untuk melawan.
Sehingga di wajarkan kalau pisau analisa gerakan mahsiswa sering tumpul. Sembari Adanya pengaruh politik luar negri yang sangat mendominasi terhadap kebijakan pemerintah khususnya yang terkait dengan pendidikan di indonesia terasa gerakan mahasiswa tidak menyatu lagi untuk membangun perlawanan terhadap kerasnya system feodalisme yang berwajah kapitalisme, hal ini di akibat dari kelalaian para seneor kita di era 97-98 yang hanya berjuang untuk meruntuhkan rezim yaitu sebuah gerakan politik. kemudian mereka tidak memikirkan kembali setelah mata rantai mereka putus lalu benang merah yang mereka bikin terputus karena sejarah yang ingin di goreskan tertorehkan pada campur aduknya dosa-dosa perjalanan bangsa ini. dan patut kita pertanyakan agar kelangsungan kehidupan yang berikutnya tidak sekotor masa lalu.
Akibatnya pergerakan mereka yang terhenti. bangsa ini tidak berwajah pancasilais hanya terbentuk wajah demokratis. ruang-ruang dalam satu langakah perlawanan hanya menjadi gerakan artis yang ingin mencari panggung untuk terkenal. Apalagi dengan di namika mahasiswa sekarang yang agen ofceng hanya berwujud untuk bergerak kampus to kos. kemudian dengan berlakunya aturan main kampus yang baru. mendidik mahsiswa seperti para buruh yang bermain ala boneka yang selalu inigin di minta untuk di kelonin agar ia lepas dari tugas peran akademisinya, yang akhirnya fungsi sebagai agen ofceng tidak terbangun dalam bentuk gerakan di garis arah perlawanan. sudah terasa tidak bersahaja lagi dengan sebuah kehidupan yang sifatnya hedonis induvidualistik semuanya di perbuat dalam keyakinan matrealistik. sehingga ruang-ruang public yang sering mahasiwa lakukan untuk membangun sebuah aspirasi kini hanya menjadi gerakan yang stagnan,
Dari pencarian pola gerakan diatas yang tidak ketemu dalam satu atap ideolgi maka muncullah semangat revolusioner yang blunder untuk menjadi sebuah semangat letupan letupan suara gerakan untuk membentuk komunitas tersendiri sehinga banyak diantara organisasi-oraganisasi mahasiswa dan ormas yang kian hari bermunculan untuk berdiri tegak di pundak ibu pertwi dan di pundak pemerintah akhirnya admosfer tersebut tidak terbendung lagi dalam satu ideology perjuangan. Entah semangat pluralistic yang salah sehingga membuat kehidupan masyarakat kecil tidak menentu ataukah semangat demokrasi yang harus di suarakan agar tercipta ruang-ruang public lebih terbuka dan bebas yang akan menjadi penentu dalam kesejahteraan masyarakat. Dari ruang-ruang yang hampa tersebut Sehingga banyak di manfaatkan bagi setiap element-element organisasi untuk berlomba-lomba menjadi terkenal
Kesenjangan social di atas menjadi belenggu para pendiri komunitas, yang akhirnya harus muncul setigma pengkleman di setiap berfikir mereka dengan organisasi yang di perjuangkanya adalah yang paling benar. tujuan itu tidak jauh dari sebuah ruang admosfer politik yang kian hari menjadi serpihan-serpiahan bola salju untuk membangun sebuah isu untuk di benarkan dalam identitas perjuangan. Akibatnya ekologi antar organisasi yang lain tidak pernah terwujud untuk berdiri tegak dalam nuansa ke adilan. Dan menjadi catatan gerakan sejarah yang salah dalam buku catatan para fading fader yang mendirikan bangsa ini. Bagaimana tidak setiap induvidu manusia yang hidup di bumi pertiwi ini hanya menumpang eksis agar dirinya tercatat dalam buku sejarah perjalanan bangsa ini.
Dari dinamika organisasi diatas muncul sebuah sifat gerakan yang ambisius kalau orang yunani mengatakan gerakan bubris. Yang berlagak seolah-olah di kehidupan palnet ini hanya ada satu komunitas saja yang layak berdiri dan yang memiliki hak-hak istimewa. Dan menggap orang-orang yang di dalamnya memiliki supernatural yang bisa terbang seperti para dewa. Berbeda halnya dengan ideologi para aktor-aktor politikus mengangap dirinya yang paling realistik maka muncullah angan-angan untuk menjadi pahlawan. Hal lain mereka tidak berfikir kedepan untuk mempersiapkan peluru-peluru kendali untuk membanyangkan atau sebuah cita-cita besar bagaimana cara mendarat di bulan atau planet yang lainya.
Maka Gerakan-gerakan yang sifatnya pragmatis dan stigma yang salah harus di benarkan dan di luruskan kembali agar istikomah dalam mengusung era-era revolusi berikutnya. agar gerakan mahasiswa tidak lagi di tunggangi oleh kepentingan para elit. Dan kita mampu untuk mencurahkan segenap pikiran dan tenaga untuk memecahakan masalah kemiskinan, kemerosatan moral para pria, wanita dan anak yang terlantar karena lingkungan hidupnya di kotori oleh kepentinagan elit politik. Selanjutnya pergerakan harus murni lahir dari rahim bangsa ini. Lahir dari sebuah ruang-ruang perlawanan yang berpihak kepada masyarakat kecil bukan lagi berpihak kepada elit yang selalu merongrong pergerakan mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar